Jangan mudah marah, nanti tensi naik! Anda mungkin pernah mendengar peringatan tersebut atau malah mendapatkannya dari orang-orang terdekat. Lantas, apakah tekanan darah memang berkaitan dengan gejolak emosi? Jika memang ada kaitannya, bagaimana caranya agar Anda bisa mengendalikan emosi?
Hubungan tekanan darah dengan gejolak emosi
Sebenarnya, kecenderungan mudah marah pada orang-orang dengan hipertensi (tekanan darah tinggi) tak sepenuhnya salah. Hal tersebut juga sudah dibuktikan sejumlah penelitian yang menyatakan bahwa orang-orang yang tensinya mudah melonjak cenderung mengalami perubahan suasana hati yang cepat hingga marah. Akan tetapi, para ahli juga belum menemukan faktor-faktor penyebab pastinya.
Sejauh ini, ada dua pemicu yang dianggap berkaitan dengan gejolak emosi pada orang yang menderita tekanan darah tinggi, yaitu:
- Sulit mengendalikan atau mengelola stres. Walau belum bisa dipastikan, sejumlah pakar meyebutkan orang-orang dengan hipertensi sukar mengontrol rangsangan stres. Hal tersebut yang lantas mendorong otak mengeluarkan amarah sebagai bentuk respons;
- Efek samping dari konsumsi obat hipertensi. Orang-orang yang mengidap hipertensi biasanya mengonsumsi obat untuk menjaga stabilitas tekanan darah. Namun, obat tersebut kerap menimbulkan efek samping seperti mudah marah. Bahkan studi yang diterbitkan dalam Hypertension Journal Report sudah membenarkannya.
Bagaimana cara mengendalikan amarah sebelum meledak?
Kabar baiknya, tidak semua orang yang mudah marah akan mudah mengalami lonjakan tensi maupun sebaliknya. Namun, akan lebih baik kalau Anda tahu cara mengendalikan emosi, antara lain:
- Tenangkan diri, lalu luapkan kemarahan. Carilah tempat untuk menyendiri saat Anda merasa akan ada ledakan amarah. Setelah itu, Anda bisa mengekspresikan amarah tersebut, tetapi akan terasa jauh lebih tenang dan terkontrol dibandingkan meluapkannya terlebih dahulu;
- Memikirkan hal-hal yang akan Anda bicarakan. Jika sudah dikuasai amarah, peluang Anda memikirkan ucapan akan sangat terbatas dan sulit. Sebisa mungkin, pertimbangkan dulu setiap perkataan yang hendak Anda utarakan agar tidak ada pihak yang tersakiti;
- Mengetahui penyebab kemarahan. Kenali dan pahami diri Anda lebih dalam. Situasi seperti apa yang memicu kemarahan Anda? Apakah ada cara yang bisa diambil untuk menyelesaikan hal tersebut? Namun, kalau tak ada penyebabnya, segera berkonsultasi dengan dokter;
- Memulai latihan relaksasi atau meditasi. Anda tidak perlu langsung praktik yoga atau latihan meditasi sejenis. Latihan pernapasan saja sesungguhnya sudah cukup membantu Anda untuk mengendalikan amarah yang cepat sekali terpicu.